Saturday, February 2, 2013

Bangkit Melawan Atau Diam-Diam Makan Di Waroeng

0 comments

Asbar Jaya
Mungkin di kalangan mahasiswa, sudah tidak terdengar asing lagi di telinga mereka dengan kata “aktivis”, apalagi bagi mahasiswa yang memang sering turun kejalan dan lantang meneriakkan kalimat-kalimat kebenaran, keadilan, dan ketertindasan oleh sebagian lapisan atau kelompok masyarakat. Berdemonstrasi dan memblokir jalan sehingga arus transportasi macet total, bagi mereka yang  menyuarakan aspirasi kaum yang tertindas adalah harga mati, dan mungkin kalau ditanya, ini mungkin ya, siapa yang sepakat demonstrasi itu baik, siapa yang mau mendukung kawan-kawan kita untuk turun kejalan, atau teriakan mahasiswa itu adalah suara amarah kemuliaan, maka yang pertama kali mengangkat kepalan tangan adalah “saya”. Dengan berdemo maka aspirasi kita akan sampai pada objek yang menjadi sasaran teriakan kita, dengan berdemo berarti  mempertegas integritas kita sebagai mahasisswa yang tidak mau melihat penindasan dan kesewenang-wenangan itu terjadi dimana-mana, sungguh mulia perjuangan para senior-senior kita, kawan-kawan kita, yang mengucurkan keringat, rela menghiraukan panasnya terik matahari dan bahkan rela mengorbankan nyawanya sekalipun bila itu sudah menjadi sebuah keharusan.

Betapa kejamnya para aparat-aparat militer negara, yang siap membinasakan mereka setiap saat, tapi mereka ikhlas melawan semua itu demi terciptanya sebuah tatanan demokrasi yang sebenar-benarnya. Ini merupakan sebuah perjuangan yang patut di acungkan jempol dan butuh di apresiasi, inilah sebuah cerminan yang pantas bagi kita sebagai manusia-manusia yang ingin menjadi insan-insan yang tercerahkan, jika perjuangan mereka betul-betul berbasiskan hati nurani dan niat suci yang luhur, dan itulah kata-kata yang wajib kita garis bawahi.

Kalau kita berbicara masalah demonstrasi, dalam pandangan saya ini adalah sebuah gerakan yang sungguh baik dan luhur, dan kalau kita menoleh sejarah kebelakang ternyata demonstrasi ini  punya sejarah pantas untuk di catat. Demonstrasi ini bagaikan sebuah warisan yang turun temurun, dari generasi ke generasi terus berlanjut. Kalau masih jadi mahasiswa, masih suka turun ke jalan berdemo, tapi kalau sudah selesai, itu tidak lagi dan stop sampai disitu, maka ada lagi yang namanya regenerasi atau generasi pelanjut tongkat estapet, dimana generasi inilah yang melanjutkan lagi perjuangan para senior-senior yang dulu. Entah seperti apa dan bagaimana alasannya sehingga senior-senior kita yang dulu redup redam bara api perjuangannya, kalau mau tau bertanya langsung sama orangnya. Tapi kalau bisa saya menerka nerka, itu tidak lain dari desakan ekonomi yang menggelitik, dimana lagi adatanggung jawab keluarga yang harus di biayai, dan semua orang pasti mengingingkan yang namanya kesejahteraan, semuanya pasti mengingingkan yang namanya keharmonisan dan kebahagiaan, kenapa banyak kawan-kawan kita yang turun kejalan dan berteriak menyuarakan aspirasi, itu karna kita mengingingkan sebuah keharmonisan sebuah kebahagiaan, kenapa sebagian besar orang bekerja dari pagi sampai malam, dan sering kali tidak menghiraukan rasa capek, seolah olah bahwa dia bekerja baru saja beberapa jam, karna kita ingin hidup bahagiah

Saya sempat berfikir bahwa, para elit-elt, para pejabat-pejabat kita hari ini kan pernah menjadi mahasiswa juga, dan tentunya sangat jelas dalam benak kita bahwa mereka juga pernah melakukan hal yang serupa dengan gerakan kawan-kawan kita hari ini, tapi kenapa begitu ya??? Perubahan paradigma berfikirnya sangat nampak sekali, dan hampir tidak mengenal lagi yang namanya hati nurani atau perasaan saling kasih mengasihi, yang ada hanya saling menghabisi, bertarung memperebutkan tahta kekuasaan, dan kalau urusan dan kepentingan rakyat menjadi nomor kesepuluh. Semasa mahasisswa, mereka sangat giat menyuarakan aspirasi-aspirasi masyarakat dimana mana, menjadi penyambung lidah rakyat, tapi kalau masuk di parlemen pemerintahan, mereka sudah tidak idealis lagi, konsep idealis adalah konsep yang kuno yang tidak konteks dan tidak asyik bagi mereka, begitu hebatnya virus kekuasaan, dan saya melihat ini turun temurun, sungguh sebuah warisan yang harus di bakar sampai menjadi abu dan tidak boleh ada jejaknya yang tersisa sedikitpu.
Dan yang paling anehnya lagi, di negeri yang lucu kita ini, banyak diantara kawan-kawan kita hari ini, katanya  turun kejalan dan berdemo karna sebuah ketertindasn dan murni dari aspirasi, ternyata hanyalah sebuah omong kosong belaka, ,agar terdengar bahwa mereka idealis dan sangat mengecam pemerintah yang sewenang wenang, mereka turun kejalan berteriak teriak sampai suaranya berubah dari normalnya, karna ada perselingkuhan-perselingkuhan politik, ada kongkong kali kongkong dengan pihak pihak di birokrasi, dan inilah yang dimaksud dengan menjual gerakan, berdemo karna mendapat suntikan dana, dirinya sudah terjual oleh politisi yang menggunakan mulutnya untuk menyerang lawan politiknya, ini tidak wajar kan, masa seorang yang katanya rausyan fikr, insan-insan yang tercerahkan melakukan hal yang seperti itu, ini sungguh diluar batas kewajaran. Inilah benih benih, bibit bibit unggul koruptor dimasa yang akan datang, ingatlah negara kita ini sudah cukup menderita karna korupsi, masa kita mau dan tega menambah nambah lagi parahnya, tidak adakah rasa kasihan sedikitpun melihat begitu banyak fenomena fenomena yang terjadi di negeri ini, begitu banyak rakyat yang di rampas haknya, begitu banyak anak anak yang terlantar di jalanan yang selalu mewarnai hiruk pikuknya kendaraan yang berjejeran di jalan protokol

Dulu ketika para aktivis mati tergeletak di depan gedung DPRD PUSAT, dimana masa masa keruntuhan rezim soeharto, semboyang para aktivis yaitu “bangkit melawan atau diam tertindas” itu masih pantas dan membuat kita bangga mengatakannya, tapi sekarang itu tidak lagi, kalimat itu tidak wajar lagi kita lontarkan sebagai tanda perjuangan, itu tidak konteks lagi, sudah tidak realistis. Dan yang pantas kita katakan sekarang hanyalah BANGKIT MELAWAN ATAU DIAM DIAM MAKAN DIWARUNG, dan ini benar, apakah kita betul-betul murni berjuang karna berlandaskan niat dari aspirasi yang berbasiskan hati nurani atau kita berteriak teriak, menghabiskan suara kita di tengah jalan karna kita berselingkuh dengan anjing anjing negara, apa bedanya dengan mereka pejabat pejabat birokrasi yang busuk???? Dan inilah yang disebut dengan PELACUR PELACUR INTELEKTUAL, jadi tidak ada yang pantas kita katakan hari ini selain BANGKIT MELAWAN ATAU DIAM DIAM MAKAN DI WARUNG, ok coy???

0 comments:

Post a Comment

PARA GITTE SIPAKAINGA SIPASSIRIKI LINO AHERA'