Saturday, February 2, 2013

Mengejar Nilai Intelektual & Spiritual

0 comments

Tanggal 26 Jan 2013, pagi itu aku bangun tak seperti biasanya. Biasanya aku tak bangun secepat itu. Tetapi pagi itu aku langsung bangun pagi pagi sekali, kira kira jam 6.00.
Hujan masih deras, dan aku segera kekamar mandi untuk cuci muka.  Aku tak mandi karena terasa dingin. Mungkin karena pengaruh hujan pada hari itu.

Edy dan Asbar, masih merasakan pelukan sang malam, dia masih tidur. Aku sementara packing barang baranglku, baju dan perlengkapan lainya untuk bekalku menuju kebantaeng.
Lama menunggu deras hujan yang lupa terhadap diriku yang menginginkanya berhenti. Sekitar jam 8 pagi aku menunggu hingga kebosanan menghampiri diriku. Aku bergegas ketempat dudukku semula. Membuka pintu sambil menatap Deras hujan. Analisaku, hujan akan berhenti , tak lama lagi. Kubangunka temanku. 

      “ ...Asbar, bangun, bangun....” denagn teriakan dikit. “ Heeeemmmm.....” bunyinya, sambil berputar badan.  Wah nampak dia tak ingin diganggu. Dia yeyank berteman dengan tidur.
“ .... Edy, tolong bangun dong.... Antar aku keterminal cari mobil.”  Kataku, sambil mengerakan tanganya.
“  Oh.... Iye, tungguma cuci muka dulu...” jawabnya dengan kondisi sedikit panik, akibat dari sentakan tanganku.

Hujan masih gerimis. Aku diantar Edy keterminal tuk nunggu mobil. Edy lewat belakang, tak seperti biasanya jika mau menuju mallengkeri. Entah , apakah edy sadar atu tidak. Tapi aku biarin aja dia mau kemana.
Aku sekarang diantar kesyeh Yusuf. Mutar pas ujung, tepatnya dipertigaan sana. Dekat lapangan itu aku berhenti, karena edy uda matikan mesin motornya.
“ Disini maki kak, nunggu mobil, cepatki kalu disini “. Kata edy begitu.
“ iya, ngak apa apa “.
Mobil itu berhenti, dari ketiga mobil yang kutahan.
“ Bantaeng pak......” ? kata edy bertanya ke pak sopir itu.
“ iye.... sya mau kebulukumba,jdi lewatiji Bantaeng...”balasan si sopir itu.
Berangkatlah aku kebantaeng. Kondisi jalanan masih berbekas hujan dan banjir yang sepanjang jalan menuju kebantaeng.

Tibalah aku diperbatasan Bantaeng, sebentar lagi aku memasuki kota tercinta itu. SMSpun aku kirim ke IDRIS, “ Bro....aku suda ada dikota”. Begitulah smsku. Dia tak membalas smsku, mungkin jaringan disana bermasalah, atau kurang. Maklum karena Desa paling pojok sana, jangkauan jaringan itu mlu malu tuk panjak tebin, hehehehe.............
Solusinya supaya aku bisa kebonto tappalang , aku harus hubungi Jusran, sala satu temanku yang lebi dahulu kebantaeng. “ Diaman......?” pertanyaanku singkat
“ Adaja dirumah kak, nih baru sampai dirumah..” jawabanya dari jusran
“ kamu da waktu ngak kerumah Idris, temani saya kesana..” kalimat lanjutanku dalam pertanyaan.
“ iye, adaji, kesini maki...” jawabnya
“ Ok, aku tunggu depan mesjit besar...” balasanku
“ Sip..” singkat.

Tibalah aku dibontto tappalang bersama Jusran. Disana aku langsung disambut dengan senyuman yang sedikit malu malu keliatanya, itu nampak dimuka mereka. Eka dan Ibunya. Eka itu tak sepantasnya malu, karena dia juga juniorku diorganisasi KOSKAR. Dan bukan kali ini aku bertemu, tetapi aku sering.
“ ah ..... kak baru aku melihatmu...”  Sambil senyum dia dengan uluran tangan, mengajakku salaman.
“ ..kamu juga baru lagi menemukanmu dengan kondisi seperti ini, biasanya kamu marah marah “....sambil bercanda, .. Aku dipersilahkan masuk kantor sekolah, disana ada kepala sekolahnya, guru guru sekolahnya. Ada Pak Nurdin, sebagai kepala sekolah, sekaligus Ayah dari Eka.Pak Basri sebagai dewan guru, dia sekampung aku, dan ada lagi satu orang yang pass duduk disebala pak basri, aku angak tau dia siapa. Tak lama kemudia aku duduk dikator itu, Idris datang, dia berkata padaku “ Aih... Lewatmi 1 jam waktu materita, Pemuda dan Perubahan sosial”. Sambil jabat tangan sebagi simbol penyelamatn padaku karena telah datang.
Aku dan para dewan guru disitu, lama cerita tentang pengalaman. Mereka mengaku baru kali ini dia adakan dan dia kelabakan dalam mengolola perkaderan itu. Padahal menurutku mengolola perkaderan itu sangatlah muda, aku berpikiran kaya gitu mungkin karena aku uda biasa dalam mengolola seperti itu. Dan bahkan makanan sehari hariku waktu aku mahasiswa dimakassar.

Tak lama kemudian aku bergeser ketempat itu menuju asrama. Diasan katanya, uda disisapkan makanan. Kebetulan juga aku belum makan dari pagi hingga jam ini, kira kira jam itu jam 6.30.
Malam mulai datang, kamipun bersiap untuk melanjutkan proses perkaderan. Kini materiku akan kubicarakan dengan jam yang berbeda dari jadwal materi. Itu karena aku terlambat sampai kelokasi. Dari makassar, aku star jam 10, sementara materiku klu sesuai jadwal jam 1.00. sementara perjalanan kemakassar kebantaeng kota 4 jam dengan kendaraan mobil. Dan kota sampai kebantaeng paling ujung, ke Bontto Tappalang memakai waktu 1 jam. Jadi wajarlah kalau aku terlambat.

Aku membawakan materi Pemuda dan perubahan Sosial. Dimalam yang gulita tak ada cahaya lampu. Begitulah kondisi Desa itu, listrik belum masuk Desa. Tetapi ternyata para panitia uda menyediakan genset, eh ternyata lagi Gensetnya sedikit macet. Jadi ngak bisa dipunsikan malam itu. Kini aku harus berpikir, guman caranya supaya ada cahaya. Kebetulam mlam itu cahaya bulan menerangi depan s1ekolah. Makanya aku menawarka pada peserta LDK, “  Gimana dengan kalian jika menerima materi tampa cahaya..? “ pertanyaanku kemereka.

“ Lebih bagusnya jika ada cahaya, kak...” jawaban dari sala satu peserta..
“ Benar katamu..... lagian kalu tak ada cahaya, aku kasian pada kalian yang tak bisa melihat mukaku yang gagah ini,.....” Hehehehe...... sambil bercanda.
Aku tawarkan kemereka, “ kalu begitu kita keluar ruangan ini karena diluar sekolah ini ada cahaya yang dipancarkan Tuhan untuk kita malam ini. tetapi resikonya Dingin...... Giman...?”
“ Ide bagis kak,... ayo kita keluar. Lebih baik dingin dari pada tak ada cahaya..”
Kami bergegas keluar ruangan, dan melantai ketana tampa ada pengalas. Semangat menurut saya pada malam itu yang sangat luar biasa. Duduk tampa alas, dingin mencerkam raga, namun tak jadi masalah buat mereka. Inilah pemuda yang menurut saya pada malam itu. Pemuda itu, harus memiliki semanagat mencari ilmu. Agar mampu menjawab dari kebedohanya. Pemuda harus mampu berdiri dengan kesadarnya. Dan itu dilakukan jika semangat keilmuan yang tambuh pada diri kita. Jika tidak maka anda akan berputar dan terjebak pada lingkaran setan pemikiran. “ Dilahirkan, dibesarkan, dinikahkan, beranak, Tua lalu mati,. Hanya itu hidupmu, tak ada tapak jejakmu. Kamu tak ada didunia dikala ragamu uda tiada. Kamu tak akan disebut lagi.

Melakukan perubahan sosial, harus berawal dari diri. Jika diri anda tak mampu anda rubah jangan bermimpi merubah orang lain atau sosial. Aku jelasin kemereka, tanamka Nilai pada diri anda, karena nilai, itulah yang akan diliahat dan dipelajari oleh sosial. Dan nilai itulah yang akan menjadi coretan jagat raya, nilai itulah yang mampu merubah, nilai itulah yang akan dikenang dan akan selalu dinilai selamanya. Dan nilai itu bisa muncul, jika kalian punya semangat itelektual dan semangat spritual.  Itulah seputar pembicaraanku malam itu. Aku berbicara 4 jam pada malam itu, sampai materi itu kunggap tuntas.

3.00 menjelang subuh, aku menuju kerumah Idri, aku bersam Hamjal dan Jusran. Nait kami ingin tidur sekitar 2 jamanlah, karena dari 2 hari 2 malam aku blum perna tidur. Ternyata sampailah aku dirumah itu dan disuguhi lagi makanan Desa. Makanan Khas bugis makassar. Aku tidur namun tak berhasil sesuai dengan target, aku hanya tidur 1,5 jam. Aku terbangun, siap solat subuh lalu packing lagi tuk berangkat kemakassar  pagi pagi sekali, karena agenda dimakassar bersama anak anak Kosakar menantiku. Agendanya “ Rekreasi Intelektual “  Dengan rangkaian acaranya, Kajian kemudian dilanjutkan makan Rambutan. Dan perencanaan itu akan dilaksankan jam 12 siang nanti. Bertempat di Gowa, rumah salah satu senior koskar, Siana Nur Asmi. Dia seangkatan dengan saya di LKM-CI dikoskar pada tahun 2003 tau 2004 pada saat itu, semoga tak salah.
Akhirnya aku pamit, dan berangkatlah aku menuju makassar. Aku bersama Jusran sala satu kader koskar juga. Pagi jam 8.00 aku uda sampai dikota Kabupaten Bantaeng. Jam 1,30 aku tibah dimakassar. Aku terlambat lagi ngejar jam target tuk kegiatan itu. Aku terlambat karena perjalanan sedikit terhambat oleh hujan. Ngak mungkin aku terobos hujan karena aku naik motor dan ditasku ada laptop dan benda benda lain yang haram tersentuh air.

Tibalah aku dirumah kecil, tempat dimana aku selalu duduk dan bercengkrama denganlaptopku dan teman temanku. Tempat sejuta ide ideku. Aku berbaring sambil telpon teman temanku. “ Halo...edy, maaf aku tak bisa datang keacara Koskar, karena aku baru aja tiba dimakassar. ..” begitu kataku ke edy.
“ Oh... adamaki, kesini saja depan Gamma samping kiri Universitas Muhammadiya Makassar, disini teman teman pada ngumpu. Mereka tak mau pergi keacara itu kalu kita ngak ada..” jawabanya
“ Wah... kok gitu..kalu gitu tunggu akau”. Dengan sedikit terburu buru. Karena ternyata aku masih ditunggu, pada hal acara uda lewat 2 jam jika sesuai dengan jadwal. Akumerasa penting, karena acara itu sengaja ditunda dari jadwal perencanaan, hanya karena aku belum datang. Berangkatlah aku bersama teman temanku dikoskar. Teman teman koskar, sangat akrap denagan sapaan Siana’-Siana’.




s�<Sabri Bantaeng>�

0 comments:

Post a Comment

PARA GITTE SIPAKAINGA SIPASSIRIKI LINO AHERA'