Setelah
berhari-hari aku mengembara di hutan belantara, menyusuri sungai, menyusuri
gua, naik gunung turun gunung, melawan semua rasa lengah, melewati bukit dan
jurang, kupenuhi hasrat tubuh dan jiwaku dengan mendirikan tenda dan membuat api
unggun, dinginnya malampun terasa
bersahabat di badanku, badai yang sesekali datang menyapa dan merobohkan tenda,
kabutpun selalu setia menemaniku, dan terdengar pula deras arus sungai dari
kejauhan yang menambah suasana malamku semakin sedap.
Dan keesokan harinya,
setelah kulangkahkan kaki yang sedikit ada lecetnya berlkilo-kilo, sampailah
aku di sebuah suasana yang baru, aku menemukan sebuah jalan kira-kira beda dari
biasanya, di sepanjang jalan itu banyak sekali bunga-bunga yang elok mempesona
bertaburan disana sini, menawan dan memikat hati untuk terus melihatnya tampa
ada rasa jenuh sedikitpun, kupu-kupu pun yang berterbangan kesana kemari dengan
sayapnya yang indah beragam macamnya, akupun berjalan dengan riang dan senang
hati, seribu satu macam nyanyian dan puisi cinta kulontarkan dengan begitu
asyik dan merdunya, yang menegaskan bahwa aku sedang terhipnotis dengan suasana
dan hatiku memang sedang berseri-seri.
Karna terpenjara oleh
keasyikan rayuan persembahan alam, tidak terasa mataharipun mulai bergeser
kearah ufuk terbenamnya. Aku masih berjalan dan berjalan, langkah demi langkah,
dan tidak lama kemudian maka sampailah aku disebuah persimpangan jalan, akupun
bingung, karna kebingungan, akupun memutuskan untuk tinggal istirahat , karna
menerima rekomendasi dari tubuh, bahwa energinya sudah kuperas seharian, maka
imamku pun mengirimkan mandat kepadaku segera, bahwa aku harus menghentikan
dulu perjalanan barang sejenak, tubuhkupun kurebahkan di dekat akar kayu yang ukurannya lumayan besar.
Sambil menghela nafas dan berfikir,
akupun tak sadarkan diri dan terbawa arus dinginnya tempat itu sehingga aku
tertidur lelap.
Di dalam tidurku, aku
bermimpi di datangi seseorang yang mirip sekali dengan diriku, dari ujung
rambut sampai ujung kuku, dari sepatu hingga topi, tidak ada bedanya, sangat
mirip sekali. Diapun menghampiriku dengan pelan-pelan, tampa ada kata-kata
sepatahpun, dia hanya mengeluarkan bahasa isyarat, dan menjelaskan kepadaku
dengan menunjukkan bahwa jika aku mengambil jalan kekiri, maka aku akan kembali
pada tempat dimana tenda kudirikan dan di robohkan oleh badai malam yang buta, tetapi jika aku mengambil jalan
kekanan tunjuk bahasa isyaratnya, maka aku akan menemukan jalan yang baru,
tetapi masih misterius, seperti apa dan bagaimana lukisan perjalananku nanti
jika jalan itu yang kulalui, apakah menyenangkan atau sebaliknya menhancurkan
bangunan konsep kehidupanku. Setelah dia selesai mengayung-ayungkan
telunjuknya denganmenjelaskan pilihan jalan yang ada di depan, diapun menatapku
dengan tersenyum, akupun merasa penasaran dan
bertanya kepanya dengan nada yang rendah,” siapakah gerangan tuan ini,
kenapa tuan ini mirip sekali dengan saya???” sekali lagi, mulutnya tetap
mengatup, dia hanya tersenyum, kemudian tubuhnya berangsur-angsur mengecil dan
masuk di tubuhku melalui mataku, aku hanya terdiam melihat semua kejadian ini .
Setelah itu aku
langsung terbangun, kebetulan tidak jauh di belakang tempat tidur aku tadi ada
sungai, tampa berpikir panjang dan banyak neka neko, segera kebuka semua pakeanku
dan turun ke sungai itu untuk menyegarkan sekaligus membersihkan tubuhku,
airnya dingin sekali dan terasa sampai ke tulang. Setelah mandi dan ganti
pakaian, akupun mengeluarkan kompor medan dan memasak air untuk secangkir kopi
labbo, karna katanya dari seorang sahabat, “jangan mengaku orang bantaeng,
kalau belum coba kopi labbo”. Walhasil pemikiran yang terinspirasi dari
secangkir kopi, dengan banyak perrimbangan karna melihat sikond (situsi dan
kondisi) yang tidak memungkinkan, maka imamku mengeluarkan fatwa dan bersabda,
bahwa aku harus tinggal di tempat ini beristirahat hingga senyum sapa hangatnya
mentari dan kicauan burung di pagi hari membangunkanku.
Asbar Jaya
Macazzart, 21
januari 2013
0 comments:
Post a Comment
PARA GITTE SIPAKAINGA SIPASSIRIKI LINO AHERA'